Kamis, 16 Januari 2014

SUNYI, SEPI DAN KELAM



SUNYI……SENYAP……KELAM……

Saat kumelangkah sendiri dalam kegelapan
Ku ditelan ribuan kesunyian
Merasa senyap dalam satu tempat
Tanpa cinta, tanpa rasa
Kehilangan sebuah bayangan
Yang melambangkan suatu kehampaan
Menunjukkan satu tanda kesunyian
Dalam 1 rangkaian kehidupan nyata

Hanya bisa terdiam, melihat keramaian sekitar
Merenung dalam waktu yang tak akan singkat
Sangat lama …………… Sungguh lama ………………

Hidup sunyi, tanpa belaian
Angan sepi dalam setiap perasaan
Satu jalan menuju kebahagiaan
Dengan berusaha mendekat kepada-Nya

Gadis Kecil (Little Girl)



Gadis Kecil

Nyanyian burung pagi masih dilantunkan
Lambaian dahan masih terlihat diluar jendela
Embun yang masih menetes, mengkilap menatap cahaya
Ribuan serangga keluar mencari kehangatan

Disini gadis kecil, masih merenung
Meratapi kebahagiaan yang tak pernah singgah
Perlahan menutup sebuah senyuman
Untuk terkiaskan dibibirnya

Kehangatan yang menerpa semuanya
Hanya sebatas kain lusuh penutup jendela
Senyap-senyap lantunan nyanyiannya
Mulai menghibur dirinya

Dunia yang telah gelap
Perlahan muncul sebuah cahaya
Berkat sebuah nyanyian
Terlantun dari seorang gadis kecil
Yang sedang meratapi nasibnya

LAUTAN-KU (My Sea)


Lautan - Ku
Hamparan pasir berselimutkan air biru
Menerpa sepanjang jalan kenangan
Jalan yang tak pernah abadi
Disetiap detiknya

Pasir putih, yang telah menjadi saksi bisu
Dalam peristiwa kehidupan nyata
Keindahan yang takkan pernah terlampiaskan
Setelah asa berhenti mengejarnya

Hanya tampak sebuah garis biru diujung sana
Suara deburan yang tak pernah membisu
Menghempaskan angan yang telah jauh, untuk kembali
Menyejukkan alam yang telah seindah ini

Tujuan abadi telah menanti disana
Menatap langit cerah dengan burung yang berterbangan
Menguatkan tekad untuk mencapai suatu nirwana
Dalam hempasan ombak lautan

FRIENDSHIP ????


FRIENDSHIP

SAHABAT ?? FRIENDSHIP ??
Mayoritas orang menerjemahkan arti kata itu menjadi seseorang yang selalu ada saat kita butuh, seseorang yang selalu ada saat kita bahagai dan berduka.
Ya, anggapan itu memang benar.
Tapi lebih sempurna lagi, sahabat adalah seseorang yang kita yakini/ kita percayai tentang kita, orang yang selalu berbagi suka duka dengan kita, orang yang diciptakan untuk bersama kita, walau tidak selalu. Tapi sahabat selalu datang dan ada saat kita membutuhkannnya.
Persahabat tidak terjalin secara otomatis, tanpa kita sendiri memulainya. Persahabat ini membutuhkan proses yang panjang, lama dan membutuhkan banyak sekali pengorbanan yang diberikan.
Persahabatan sering dilanda suka, duka, bahagia, kecewa dan berbagai perasaan lainnya.
Selain itu sahabat terbaik, tidak pernah menutupi kesalahan, jika memang salah ia selalu menunjukkan kesalahan itu, agar kita bisa mengkoreksinya. Atau kata lain, sahabat tidak pernah munafik, menutupi suatu rasa dengan rasa yang lain.

Ibarat sebuah pepatah, jalak selalu datang saat kerbau membutuhkannya
Sahabat juga begitu, ia selalu datang saat kita membutuhkan

Tidak seperti teman, semut datang apabila ada gula, dan ia tak kan datang apabila garam berlimpah
Teman selalu datang saat kita bahagia, tapi jarang ada saat kita berduka

Itulah perbedaan sahabat dan teman, hanya minoritas teman yang ada saat kita berduka

Dengan adanya seorang sahabat, kita bisa berbagi semuanya. Tapi harus ada batasan diantara semua itu, karena hanya sedikit sahabat yang kuat akan pertempuran batin yang sering terjadi.
Dari berjuta-juta fakta yang ada, persahabatan hancur karena terjadi konflik antar keduanya
Itulah bubuk-bubuk seni dari persahabatan, itulah cobaan yang harus dihadapi
Jika memang sahabatmu kuat menahannya, maka memang ialah harta keduamu setelah keluarga


Saat kau memiliki 2 kunci, 1 kunci berkarat dan 1 kunci yang indah
Tapi kunci berkarat itulah yang sering kau gunakan untuk membuka suatu pintu
Sedangkan kunci yang indah, jarang sekali ada, bahkan tidak pernah
Maka rawatlah kunci yang berkarat itu dengan cinta dan kasih sayang
Karena itu adalah kunci menuju kebahagiaan, bukan kunci yang selalu ikut dalam kebahagiaan

TEMAN memang berjumlah banyak, tapi semakin banyak pula kekuranganya
Sedangkan SAHABAT, semakin sedikit maka semakin sedikit pula kelemahannya


Thank for Reading this Post
See you next time.....

Filshandy Arif Ramadhany

Bersama Bersemangat (Together of Spirit)




Bersama Bersemangat

Senyuman indah, dari bibirmu
Merapuhkan semua dianganku
Jauh terbayang lewati mimpiku
Indah bersemi, didalam hati

Mawar hitam engkaulah saksinya
Dari semua bayangan dia
Puspa kenangan, engkau buktinya
Lanjutan indah, dikisah cinta

Satu kenangan, didalam anganku
Bunga bersemi didalam hatiku
Satu tujuan yang kita capai
Bersatu demi kebahagiaan

Dari mimpilah, kita bersatu
Dari kenyataan kita mewujudkannya
Dari sebuah angan timbulah keberanian
Dari sebuah kesedihan, timbullah kekuatan

Capailah mimpi kita bersama
Hingga asa tak pernah bergerak lagi
Raihlah satu harapan
Hingga semuanya takkan pernah pudar



*Puisi penyemangat nih...
Gimana bagus gg?
Koment dibawah ya....
Lanjut ke halaman lainnya.....

BADAI



BADAI

Tak sadar beberapa hari lagi tahun baru. Dua hari lagi tahun 2013 sudah hampir habis dan berganti tahun 2014. Banyak orang yang update status difacebook tentang tahun baru. Memang begitulah anak jaman sekarang, selalu heboh dengan tanggal-tanggal yang seharusnya biasa, dijadikan luar biasa. Tapi memang itulah keajaiban zaman modern ini.
“Bu, aku berangkat dulu ya” salamku pada ibu
“Iya nak, hati-hati ya, jangan pulang sore-sore” balas ibu
“Eh, kenapa muka ibu pucat banget, ibu sakit ya?” tanyaku
“Hmm, gak papa kok, ibu cuma lagi gak enak badan aja, tadi malem habis pulang dari pengajian, mungkin kecapean” jawab ibu dengan sedikit lemah
“Ya udah, ibu istirahat aja. Nanti pulang sekolah biar Mita yang selesai’in pekerjaan ibu” kataku sedikit memaksa
“Gak usah lah nak, biar ibu yg selesa’in sendiri. Kamu belajar aja nanti”
“Ya udah bu, Mita sekolah dulu ya..”

Diperjalanan kesekolah aku sedikit risau memikirkan raut muka ibu yang sedikit pucat, aku gak mau ibu kenapa-kenapa. Pikiranku agak kacau. Sedangkan dipikiran yang lain, aku juga memikirkan kado buat ibu yang nanti akan kuberikan saat malam tahun baru. Seperti biasa aku juga ingin merayakan tahun baru dengan keluarga kecilku.
Sesampainya disekolah, 2 sobatku sudah menunggu dibawah pohon beringin, tempat kami sering curhat dan memandangi siswa-siswi yang berlalu lalang. Arina dan Ananta, saudara kembar yang selalu mendampingiku mulai kelas 1 SMP, hingga kini aku kelas 3.
“Eh, udah nunggu lama ya?” tanya ku pada mereka
“Ah, nggak koq, baru aja kami datang, kami langsung kesini dah” jawab Arina
“Gimana tahun baru, ada acara gag?” tanya Ananta
“Adalah, mau lihat kembang api dari atap rumah, sama keluarga” jawabku enteng
“Yah, kami sebenernya mau ngajak kamu keluar ke taman kota, liat dari sana lebih seru” kata Arina dengan sedikit kekecewaan diraut mukanya
“Maaf banget ya, Na, aku gak mau nglewatin semua tanpa keluarga kecilku” jawabku dengan penuh penyesalan
Suasana hening sesaat. Tiba-tiba kuteringat sesuatu.
Eh,  menurut kalian kado apa yang cocok buat ibuku?” tanyaku
“Menurut ku lebih baik kamu kasih yang bermanfaat buat ibumu?jawab Arina
“Atau kamu bisa kasih tas cantik buat ibumu, kamu pesen di ibu kami aja Din” jawab Ananta
“Ya bisa jadi, tas ibu kamu, bagus lho, harganya gg terlalu mahal sih”
“Ah, promosi nih kayaknya” jawabku
“Hahahahaha.....” tawa kami bersama-sama
“Eh nanti sepulang sekolah,temenin aku ketoko ya, mau cari kado yang cocok dulu” ajakku pada mereka
Iyelah, emang rencana kamu mau beliin apa?”
Lha ini mau cari ide dulu, lumayan tadi aku buka tabungan di bank sekolah, udah cukup banyak
“Emang udah dapet berapa?”
“Kira-kira 500 ribu ada, itu yang bikin aku bingung mau beliin ibuku apa”
“Pasti bingung gara2 kebanyak uang” kata Arina dengan gaya centilnya
Kami tertawa lepas bersama.
Ya itulah kami, terkadang bahagia, terkadang berduka. Tapi terlalu sering bahagianya sih….

“Kriiiing,, Kriiiiing,, Kriiiiing” bel pulang sekolah berbunyi 3x
Tanda itu mudah diingat, karena diakhiri dengan lagu Sepatu Gelang, lagu yang pas buat pulang sekolah.
Begitu keluar sekolah, aku, Arina dan Ananta pergi ketoko mau cari kado yang cocok buat ibuku nanti pas malam tahun baru.  Di toko aku melihat beberapa kado, ada baju, tas, dompet, kalung, dan masih banyak lagi. Tapi aku kurangsreg “ dengan semua itu. Aku rasa itu semua ibu sudah punya, dan kayaknya gag terlalu berguna buat ibu.
Aku ingin belikan ibu sesuatu yang berguna buat ibu. Kami berpindah dari satu took ke toko lain. Dan hingga akhirnya aku melihat sesuatu yang sangat pas untuk ibu. Aku melihat sebuah kerudung dan perlengkapan sholat yang sangat cantik, dengan warna biru muda serta bunga-bunga melati yang menghiasi. Memang bagus, tapi harganya sedikit mahal. Tapi gak apa-apa. Demi ibuku yang tercinta. Apalagi uangnya memang masih sisa
“Akhirnya, dapet juga yang pas” kataku sambil tersenyum bahagia
“Din, kerudungnya bagus banget” kata Arina mengomentari kerudung yang baru saja kubeli
“Ya deh, cocok sama ibuku yang cantik” kataku tersenyum puas
“Ayo deh kita pulang, kita udah ketemu barangnya.” Ajak Ananta yang sudah kelihatan agak capek
“Makasih ya udah temein aku”
“Sama-sama Din” jawab mereka berdua
Akhirnya kami pulang kerumah masing-masing. Dirumah aku melihat ibu sedang tertidur pulas. Tak tega aku buat membangunkannya. Kulanjutkan pergi kekamar dan ikut tidur siang.
Sore harinya aku terbangun, kulihat ibu sedang memasak untuk makan malam.
“Boleh kubantu gak bu?”
“Ayo sini, bantu ibu nyuci piringnya” jawab ibu dengan raut muka yang masih agak pucat
“Ibu masih sakit ya”
“Ah, nggak koq, ibu baik-baik aja” ibu mencoba tersenyum untuk menghilangkan kepucatannya.
Akhirnya selesai sudah, makan malam  dengan ibu dan adikku. Makan malam dengan sayur bayam dan krupuk ikan kesukaanku. Ditambah lagi ketrentraman keluarga kecil kami yang sangat harmoni.
Bergegas aku kembali kekamar untuk membungkus kado yang akan kuserahkan pada ibu nanti. Selesai itu aku belajar dan tertidur pulas.

Akhirnya besok malam adalah hari yang kunanti-nanti. Tak sabar aku memberikan kado itu untuk ibu. Sudah kupersiapkan dengan rapi dan indah.
“Bu, ayo besok malam kita lihat kembang api diatap rumah”
“Ya, mumpung ibu juga mau lihat Ibu lumayan capek. Rasanya ibu lama gag lihat kembang api tahun baru” kata Ibu
“Asyik yes yes yes, nanti sambil lihat kembang api, ibu buat kue ya, biar nanti ada camilan.”
“Ya Din, ibu usahain” jawab ibu sedikit lesu

Esok malamnya, sudah kupersiapkan semuanya. Karpet, dan meja kecil yang cukup untuk kita bertiga. Semuanya sudah siap diatas. Tinggal menunggu tepat jam 12.00 malam. Ibu sudah siap-siap selimut kecil agar tidak kedinginan.
Tapi aku melihat wajah ibu yang terlihat lelah dan pucat, padahal sudah beberapa waktu ibu minum obat. Tapi gak apa-apa deh, nanti kalau sudah liat kembang api, pasti ibu jadi sehat juga, dan tak lupa kubawa hadiah yang sudah aku cari-cari.

“Bu udah jam 11.50, sebentar lagi udah mau dimulai nih”
“Ya din, ibu bangunkan adikmu dulu”
Beberapa saat kemudian ibu naik keatas atap dengan adikku yang masih mengusap-usap mata.
Akhirnya waktu yang kami tunggu tiba. Kembang api pertama kami lihat sebelah barat. Dan disusul dari arah lainnya. Sungguh meriah
Sesaat aku teringat ayah, yang dulu pernah mengajakku. Tapi ingatan itu pudar, dengan teringatnya kado buat ibu.
“Bu aku punya sesuatu yang spesial buat ibu, moga-moga ibu suka”
“Apa din?”
Kuberikan kerudung dan perlengkapan sholatyang kemarin aku beli untuk ibu. Ibu terlihat senang sekali. Dan langsung memakai kerudungnya sambil melihat kembang api. Adikku berteriak-teriak histeris melihat banyaknya kembang api yang indah.
“Makasih ya Din, kamu repot-repot beliin ini buat Ibu” kata Ibu sedikit terharu
“Ya sama-sama Bu, ini semua masih belum sepadan sama yang Ibu berikan padaku” kataku

Setelah suara kembang api tinggal sedikit. Aku berniat untuk masuk kedalam, karena melihat ibu dan adikku yang terlelap di karpet bersandar meja mendahului aku.
Kubangunkan Ibu-ku, dengan wajah yang masih terlihat lelah, akhirnya ibu turun dan masuk kekamar, kuangkat dan kugendong adikku, dan kubawa masuk juga kekamar ibu.

Keesokan harinya aku terbangun. Kulihat ibu masih tertidur dikamarnya, tetapi adikku sudah terbangun sejak tadi.
Tak biasanya kulihat ibu selelah ini, aku jadi sungkan unutk membangunkannya.
Akhirnya kubiarkan, aku pergi kedapur dan membantu memasak makanan. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 10.00 WIB.
Kukembali kekamar Ibu dan membangunkannya.
“Bu, bu, bu, bangun bu sudah hampir siang, Ibu belum sarapan kan?”
Tapi ibu sama sekali tidak merespon. Tak kala kulihat langit yang sedikit suram. Kurasa akan turun hujan. Hatiku sedikit terasa tak enak dengan keadaan ibu.
“Bu bangun, sudha hampir siang, ayo makan dulu” kata ku lagi dengan sedikit cemas
Kupegang tangan ibu yang terasa dingin. Kukira ibu hanya terkena angin malam yang berhembus.
Kubangunkan ibu sekali lagi, sambil perasaan yang sedikit aneh.
“Bu bangun”
Adikku yang tadinya bermain didepan rumah, datang dan ikut membangunkan Ibu
“Ibu kenapa kak?” tanya Doni
“Ibu kayaknya sakit” kataku “Tolong jaga ibu ya, aku mau panggil Om Agus dulu, biar bantu angkat ibu dari sini”
“Emang ibu kenapa kak?” Tanya Doni
Mungkin ibu kecapek.an, dari tadi gak bangun-bangun”

Aku keluar dari kamar, dan memanggil Om Agus yang rumahnya dekat dengan rumahku.
“Om Agus, aku minta tolong dong. .. Tolong bantu bawa Ibu kerumah sakit, Daritadi aku bangunin, koq gag bangun-bangun kataku sedikit tergesa-gesa
“Ya Din, bentar ya” kata Om Agus seraya bangkit dari kursi bambunya

Om Agus masuk kedalam kamar Ibu dan memeriksa keadaan Ibu. Kulihat raut muka om Agus yang sedikit cemas dengan keadaan Ibu yang sangat pucat dan dingin.
“Din, tolong kamu bilang tante, suruh ambilin kunci mobil, Om akan bawa Ibu kamu kerumah sakit” kata Om Agus menyuruhku
“Baik Om” kata ku singkat. Lalu ku lakukan apa yang diperintahkan
“Din, kamu jaga dirumah aja, biar Om sama Pak Sakhwan yang bawa Ibu kerumah sakit” kata Om

Om Agus dibantu Pak Sakhwan menggotong Ibu kedalam mobil. Kulihat Om segera masuk dan menyetir mobil, segera untuk membawa Ibu masuk rumah sakit
Dengan beribu kepanikan, aku bingung bagimana dan apa yang harus kulakukan. Aku bingung, aku gelisah. Senyum yang semalam sangat berarti, kini hilang entah kemana.

Dua jam kemudian terdengar suara Handphone Tante. Tante Tatik (Istri Om Agus) mengangkat telepon. Kulihat Tante Tatik menangis setelah mendengar telepon Om Agus.
Setelah menutup telepon. Aku bertanya pada tante
“Tante apa yang terjadi?”
“Ibu kamu........” kata sambi menahan air mata
“Ibu kenapa tante............” kata ku sambil berteriak histeris
Tante menghampiriku dan memelukku sambil berbisik.
“Ibu kamu telah menyusul ayahmu”
Tangis pun meledak dirumahku. Semua orang tak terkecuali aku terkejut dengan berita ini.
Adikku Dino, juga ikut menangis, tak mengerti apa yang terjadi, karena ia melihat semua orag menangis.
Beberapa jam kemudian, mobil ambulans meraung-raung dijalan raya. Mobil ambulans pun berhenti dihalaman rumah.
Kulihat ibu yang tertutup kain putih dibawa masuk kedalam ruang tamu diikuti Om Agus yang menangis dari dalam mobil.
Seakan tak percaya ini semua, aku berlari dan ingin melihat Ibu, hingga akhirnya aku mulai tak sadarkan diri. Dan akhirnya aku …………………………

Saat aku bangun, semua orang telah bergerumul melantunkan ayat-ayat suci. Aku berlari dan memeluk ibu yang terbujur kaku dikeranda. Aku menjerit-jerit sambil menangis.
“Ibu………………..” raungku ditengah lantunan ayat suci yang dibacakan
“Sudah Mita,, relakan Ibu mu” kata Tante dengan isak tangis yang masih bisa ditahan
“Ibu…… kenapa kau tinggalkan kami, kenapa kau susul ayah, Ibu…………….. “ teriakku didepan tubuh Ibu.
Banyak sekali orang yang ada dirumah ini, mereka semua menangis, ada juga yang terlihat sangat sedih, kulihat juga 2 sahabat ku disana, Arina dan Ananta.
Aku tak mampu berkata-kata, hanya teriakan dan raunganku melihat kepergian Ibu yang mendadak. Aku tak bisa memprediksi kapan setiap nyawa orang kembali pada tempatnya. Bahkan semua makhluk dibumi ini tak ada yang bisa.
Satu jam berlalu, setelah pembacaan surat-surat Al Qur’an, akhirnya keranda ditutup dan mulai dibawa menuju pemakaman umum. Aku tak bisa ikut, karena kondisiku yang masih sangat lemah dan tak kuat menahan badai yang ada didalam batinku.
Aku tak bisa menahan semua rasa yang bercampur aduk, marah, sedih, kecewa, merana dan merasa kehilangan. Semuanya ada dalam hatiku saat ini.
Saat itulah baru kusadari, harta terindah yang dititipkan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah Ibu yang senantiasa menemani.
Tapi aku sadar, bahwa semua harta, pasti akan kembali, karena semua itu hanyalah titipan.
Dan tanpa Ibu, statusku menjadi yatim piatu.
Tanpa Ibu, hidupku seperti hancur berkeping-keping
Tanpa Ibu, semuanya terasa hampa
Tapi semua itu masih awal, karena aku harus meneruskan kehidupanku bersama adikku.
Dan doa yang selalu kupanjatkan kepada Tuhan adalah untuk Ibu dan Ayahku.
Selamat jalan Ibu, semoga kau tenang bersama ayah dan Tuhan disana. Semoga engkau diberi tempat yang lapang dan indah.



*Karya asli Sanix Landison (Shandy)*