Kamis, 08 November 2012

Lamunan Kemenangan


          Langit berwarna kuning yang baru terlihat setelah malam berlalu. Embun sejuk masih ada diatas dedaunan pohon yang sudah terjaga sepanjang malam. Nyanyian burung kecil sudah menghiasi indahnya pagi. Dan mega merah sang mentari akan mewarnai hari baru ini.
Murid –murid 9c sudah terlihat didalam kelas pagi ini. Bukan untuk menggosip ataupun menyanyi bersama. Tapi semua anak terlihat mengerjakan sesuatu yang sangat penting. Mungkin PR mungkin tugas atau mungkin contekan ulangan. Disela-sela kesuraman itu terlihat Arif yang sedang melamun sendirian menghadap cerahnya langit pagi hari  yang masih diselimuti cahaya mentari yang berkilauan diantara awan-awan yang melayang diangkasa.
Mungkin Arif sedang memikirkan sesuatu yang berat. Dapat dilihat dari tatapannya yang tajam dan pikirannya yang tertuju pada sesuatu.
Hingga akhirnya lamunannya itu berhenti saat bel jam pertama dimulai.
“Kriingggg, kriiiiinggggg, kringggg” bel berbunyi berkali-kali, menandakan jam pertama yang akan dimulai.
“Hei Rif, ngapain pagi-pagi melamum begitu. Lagi jatuh cinta yaa???” tanya Ana yang datang dari depan pintu
“Eh, enggak koq An, Cuma lagi mikir aja. Daripada ngerjain yang gak jelas kayak temen-temen” jawab Arif sekenanya.
“Owh, kukira ada apaan. Eh kamu udah ngerjain tugas Biologo belum? Yang 10 soal itu?” tanya Ana lagi
“Ehhmmm, kayaknya udah deh An. Bentar tak lihat dulu” balas Arif
Lantas Arif celingukan mencari sesuatu dalam tasnya. Hingga akhirnya ia mengeluarkan buku SiDU warna biru.

“Kalau udah aku nyontek ya. Karena kemaren aku sibuk belajar buat Matematika nanti” kata Ana
“Ini An, udah koq, tapi nanti kalau udah taruh aja dimejaku ya. Aku mau kebelakang dulu”
“Siap Rif”
Arif pun berlalu melewati pintu, menuju kekamar mandi yang jauh dibelakang sekolah. Ia masih terus berfikir, membuat ia lupa apa tujuannya kebelakang. Hingga akhirnya ia sampai didepan kamar mandi. Ia masih bimbang masuk kekamar mandi atau tidak. Akhirnya tujuannya pun tak tersampaikan. Dengan langkah yang sedikit gontai. Ia kembali kekelas.

Semetara itu suana dikelas masih saja suram. Guru matematika yang sedari tadi belum masuk kelas membuat kelas 9c makin bimbang. Karena hari ini. Jam pertama ini. Mereka harus ulangan matematika yang menentukan nilai baik tidaknya.
Was-was dan gelisah penduduk 9c. Tetap merenung menunggu Pak Dian yang tak kunjung datang.
“Selamat pagi anak-anak” terdengar suara laki-laki muda yang membahana, menggema dikelas 9c yang masih ada dimasa kesuraman.
“Selamat pagi pak” balas anak anak seluruhnya.
“Ayo keluarkan selebar kertas, dan alat tulis. Masukkan semua buku apapun yang ada dimeja, dibangku atau dikolong meja. Saya ingin melatih kejujuran kalian.” Suara tegas itu kembai terdengar.
Dag-dig-dug. Suara jantung anak kelas 9c bila didengarkan dengan teliti melalui alat bantu. Arif pun akan mencoba kemampuannya setelah semalaman ia belajar. Mulai dari jam 18.30 hingga jam 02.00 ia belajar tentang matematika. Ia berharap semoga semua kerja kerasnya semalaman tidak mendapatkan hasil yang buruk. Semoga ....
Segera semua anak mengeluarkan selembar kertas dengan sebatang pensil serta penghapusnya. Satu persatu soal dibagikan dan semua anak mulai mengerjakannya.
Suram menyeruak dikelas 9c..
Mata Pak Dian terus melirik kearah kanan kiri atas bawah dan segala arah. Semua anak mengeluarkan keringat dingin karena soal matematika yang begitu sulitnya. Hingga membuat kertas soal penuh dengan hitung-hitungan dan coret-coretan.
Suasana suram dan kebimbangan akan jawaban terus saja merasuk kedalam diri anak-anak kelas 9c. Hingga akhirnya pak Dani berkata
“10 menit lagi. Semua soal hrus dikumpulkan beserta jawabannya.”
Seluruh tangan-tangan kecil anak anak kelas 9c. Bergerak dengan cepat. Hingga waktu 10 menit yang telah ditentukan habis.
“Ayo semua kumpulkan dari belakang kedepan” kata pak Dani
“Rif, aku takut.” Kata Ana pada Arif.
“Ayo semua kita bagi rata. Bagian kanan mencocokkan bagian kiri” kata pak Dani
Satu persatu jawaban dibacakan oleh pak Dani. Hingga 40 soal telah selesai diterangkan. Sekarang waktunya untuk mengetahui hasil dari ulangan tersebut.
“Saya akan membacakan hasil ulangan kalian” kata pak Dani
“Aruf 56, Adin 45, Deka 25, Yanti 46, Bamz, 42, Vino 36, Adi 36, Erna 47, Yudha 25, Indra 56, Ana 55, Wina 36, Nini 54, Dina 56, Via 44, Tya 65, Rendi 44, Rama 45, Yoga 33, Reno 66, Arvi 23, Rey 44 dan Arif 98” pak Dian membacakan satu persatu nilai ulangan matematika.

Akhirnya usaha Arif utuk mendapatkan nilai terbaik tercapai juga. Setelah berhari-hari ia belajar matematika sampai larut malam hanya untuk mendapatan nilai matematika terbaik dikelas.
“Arif terus pertahankan peringkatmu ini. Jangan lupa untuk belajar matematika.” Kata pak Dian
“Siap pak saya akan berusaha” jawab Arif

Ternyata sedari tadi pagi yang ia lamunkan adalah tentang matematika. Karena ini adalah pertama kal Arif bisa menyelesaikan soal matematika dengan sangat mudah. Perjuangan setiap malam ia belajar matematika. Karena hanya matematika lah musuh utama dalam kegiata pembelajaran.  Akhirnya ia bisa mengalahkan musuh satu-satunya itu.
--------.-----
Hingga hampir saat lulusan sekolah. Setiap hari Arif belajar sleuruh mata pelajaran. Setiap hari ia sholat 5 waktu. Setiap hari ia melaksanakan sholat-sholat sunah serta berdzikir ditengah malam.
Hingga waktu kelulusan pun tibas. Arif menjadi juara 1 dengan  nilai tertinggi di Indonesia denga NEM –nya yang sangat tinggi yaitu 40. Disetiap mata pelajaran ia mendapat nilai 10 pepat.

Akhirnya cita-cita Arif untuk meneruskan kesekolah yang ia inginkan dapat tercapai dengan mudah. Perjuangan Arif masih sangat panjang. Dan Arif pun akan terus berjuang mempertahankan seluruh kepintarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar