Langit berwarna kuning yang baru terlihat setelah malam berlalu. Embun sejuk masih ada diatas dedaunan pohon yang sudah terjaga sepanjang malam. Nyanyian burung kecil sudah menghiasi indahnya pagi. Dan mega merah sang mentari akan mewarnai hari baru ini.
Murid
–murid 9c sudah terlihat didalam kelas pagi ini. Bukan untuk menggosip ataupun
menyanyi bersama. Tapi semua anak terlihat mengerjakan sesuatu yang sangat
penting. Mungkin PR mungkin tugas atau mungkin contekan ulangan. Disela-sela
kesuraman itu terlihat Arif yang sedang melamun sendirian menghadap cerahnya
langit pagi hari yang masih diselimuti
cahaya mentari yang berkilauan diantara awan-awan yang melayang diangkasa.
Mungkin
Arif sedang memikirkan sesuatu yang berat. Dapat dilihat dari tatapannya yang
tajam dan pikirannya yang tertuju pada sesuatu.
Hingga
akhirnya lamunannya itu berhenti saat bel jam pertama dimulai.
“Kriingggg,
kriiiiinggggg, kringggg” bel berbunyi berkali-kali, menandakan jam pertama yang
akan dimulai.
“Hei
Rif, ngapain pagi-pagi melamum begitu. Lagi jatuh cinta yaa???” tanya Ana yang
datang dari depan pintu
“Eh,
enggak koq An, Cuma lagi mikir aja. Daripada ngerjain yang gak jelas kayak
temen-temen” jawab Arif sekenanya.
“Owh,
kukira ada apaan. Eh kamu udah ngerjain tugas Biologo belum? Yang 10 soal itu?”
tanya Ana lagi
“Ehhmmm,
kayaknya udah deh An. Bentar tak lihat dulu” balas Arif
Lantas
Arif celingukan mencari sesuatu dalam tasnya. Hingga akhirnya ia mengeluarkan
buku SiDU warna biru.
“Kalau udah aku nyontek ya. Karena kemaren aku sibuk belajar buat Matematika nanti” kata Ana
“Ini
An, udah koq, tapi nanti kalau udah taruh aja dimejaku ya. Aku mau kebelakang
dulu”
“Siap
Rif”
Arif
pun berlalu melewati pintu, menuju kekamar mandi yang jauh dibelakang sekolah. Ia
masih terus berfikir, membuat ia lupa apa tujuannya kebelakang. Hingga akhirnya
ia sampai didepan kamar mandi. Ia masih bimbang masuk kekamar mandi atau tidak.
Akhirnya tujuannya pun tak tersampaikan. Dengan langkah yang sedikit gontai. Ia
kembali kekelas.
Semetara
itu suana dikelas masih saja suram. Guru matematika yang sedari tadi belum
masuk kelas membuat kelas 9c makin bimbang. Karena hari ini. Jam pertama ini. Mereka
harus ulangan matematika yang menentukan nilai baik tidaknya.
Was-was
dan gelisah penduduk 9c. Tetap merenung menunggu Pak Dian yang tak kunjung
datang.
“Selamat
pagi anak-anak” terdengar suara laki-laki muda yang membahana, menggema dikelas
9c yang masih ada dimasa kesuraman.
“Selamat
pagi pak” balas anak anak seluruhnya.
“Ayo
keluarkan selebar kertas, dan alat tulis. Masukkan semua buku apapun yang ada
dimeja, dibangku atau dikolong meja. Saya ingin melatih kejujuran kalian.” Suara
tegas itu kembai terdengar.
Dag-dig-dug.
Suara jantung anak kelas 9c bila didengarkan dengan teliti melalui alat bantu.
Arif pun akan mencoba kemampuannya setelah semalaman ia belajar. Mulai dari jam
18.30 hingga jam 02.00 ia belajar tentang matematika. Ia berharap semoga semua
kerja kerasnya semalaman tidak mendapatkan hasil yang buruk. Semoga ....
Segera
semua anak mengeluarkan selembar kertas dengan sebatang pensil serta
penghapusnya. Satu persatu soal dibagikan dan semua anak mulai mengerjakannya.
Suram
menyeruak dikelas 9c..
Mata
Pak Dian terus melirik kearah kanan kiri atas bawah dan segala arah. Semua anak
mengeluarkan keringat dingin karena soal matematika yang begitu sulitnya. Hingga
membuat kertas soal penuh dengan hitung-hitungan dan coret-coretan.
Suasana
suram dan kebimbangan akan jawaban terus saja merasuk kedalam diri anak-anak
kelas 9c. Hingga akhirnya pak Dani berkata
“10
menit lagi. Semua soal hrus dikumpulkan beserta jawabannya.”
Seluruh
tangan-tangan kecil anak anak kelas 9c. Bergerak dengan cepat. Hingga waktu 10
menit yang telah ditentukan habis.
“Ayo
semua kumpulkan dari belakang kedepan” kata pak Dani
“Rif,
aku takut.” Kata Ana pada Arif.
“Ayo
semua kita bagi rata. Bagian kanan mencocokkan bagian kiri” kata pak Dani
Satu
persatu jawaban dibacakan oleh pak Dani. Hingga 40 soal telah selesai
diterangkan. Sekarang waktunya untuk mengetahui hasil dari ulangan tersebut.
“Saya
akan membacakan hasil ulangan kalian” kata pak Dani
“Aruf
56, Adin 45, Deka 25, Yanti 46, Bamz, 42, Vino 36, Adi 36, Erna 47, Yudha 25,
Indra 56, Ana 55, Wina 36, Nini 54, Dina 56, Via 44, Tya 65, Rendi 44, Rama 45,
Yoga 33, Reno 66, Arvi 23, Rey 44 dan Arif 98” pak Dian membacakan satu persatu
nilai ulangan matematika.
Akhirnya
usaha Arif utuk mendapatkan nilai terbaik tercapai juga. Setelah berhari-hari
ia belajar matematika sampai larut malam hanya untuk mendapatan nilai
matematika terbaik dikelas.
“Arif
terus pertahankan peringkatmu ini. Jangan lupa untuk belajar matematika.” Kata pak
Dian
“Siap
pak saya akan berusaha” jawab Arif
Ternyata
sedari tadi pagi yang ia lamunkan adalah tentang matematika. Karena ini adalah
pertama kal Arif bisa menyelesaikan soal matematika dengan sangat mudah.
Perjuangan setiap malam ia belajar matematika. Karena hanya matematika lah
musuh utama dalam kegiata pembelajaran.
Akhirnya ia bisa mengalahkan musuh satu-satunya itu.
--------.-----
Hingga
hampir saat lulusan sekolah. Setiap hari Arif belajar sleuruh mata pelajaran. Setiap
hari ia sholat 5 waktu. Setiap hari ia melaksanakan sholat-sholat sunah serta
berdzikir ditengah malam.
Hingga
waktu kelulusan pun tibas. Arif menjadi juara 1 dengan nilai tertinggi di Indonesia denga NEM –nya yang
sangat tinggi yaitu 40. Disetiap mata pelajaran ia mendapat nilai 10 pepat.
Akhirnya
cita-cita Arif untuk meneruskan kesekolah yang ia inginkan dapat tercapai
dengan mudah. Perjuangan Arif masih sangat panjang. Dan Arif pun akan terus
berjuang mempertahankan seluruh kepintarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar